in

SenangSenang KerenKeren NgakakNgakak KagetKaget TakutTakut SedihSedih

Cerita Anak: Jadilah orang yang bertoleransi

Cerita Anak: Jadilah orang yang bertoleransi
Cerita Anak: Jadilah orang yang bertoleransi

Cerita Anak: Jadilah orang yang bertoleransi. Hari ini, Bu Guru meminta anak-anak untuk membawa bekal ke sekolah. Rencananya akan ada agenda makan siang bersama untuk meningkatkan solidaritas. Uniknya, para siswa harus membawa makanan favorit keluarga masing-masing. Tomi akan membawa menu andalan keluarganya, yaitu nasi bakar dengan isian suwir ayam.

“Ibu bawakan kamu dua nasi bakar, ya, untuk dibagikan ke teman-temanmu juga.” Kata Ibu sambil menyerahkan dua kotak makan dalam satu kantung.

“Baik, Bu.” Tomi mengangguk mafhum dan berterima kasih. Ia pun berpamitan pada Ibu dan pergi ke sekolah menggunakan sepeda.

Di aula sekolah, sudah tertata kursi yang disiapkan petugas. Tomi mencari teman-teman satu kelasnya. Nampaknya di baris ketiga sudah ada beberapa yang datang. Ada beberapa orang yang tidak terlalu Tomi kenal. Mungkin itu dari kelas tetangga. Wah, acara ini membuat Tomi bisa mengenal lebih banyak teman.

“Hai Tomi, kamu bekal apa?” Tanya Diah, salah seorang teman sekelas Tomi, “Aku bawa sate lilit, loh!” Katanya sambil menunjukkan isi kotak makan. Diah memang keturunan asli Bali, sekarang dia tinggal di kota Jakarta karena ikut bersama Ayah dan Ibunya yang bekerja.

“Aku bawa nasi bakar isi suwir ayam.” Jawab Tomi dan mendapat ungkapan kagum teman-temannya.

“Aku membawa rendang!” Ananda, teman sebangku Tomi menjawab. Dia memang asli dari Padang. Dan semua orang sepakat bahwa makanan padang menjadi salah satu makanan terenak di dunia. Bahkan, rendang dikatakan menjadi makanan terenak nomor satu di seluruh dunia! Keren sekali, bukan?

Aula mulai dipenuhi oleh anak-anak lainnya. Tomi pun berkenalan dengan teman-teman baru. Ada Aisyah yang memakai kerudung, Lili yang dikucir dua, ada pula Westu yang murah senyum. Semua teman-teman sangat baik.

Saat waktu menunjukkan pukul tujuh, Bu Guru pun mengumumkan melalui pengeras suara bahwa acara makan bersama akan segera dimulai. Sebelum makan, anak-anak diminta untuk berdoa terlebih dahulu. Kata Bu Guru, setiap hal sebisamungkin diawali dengan doa. Supaya diberkati dan dirahmati oleh Yang Maha Kuasa.

Ketika instruksi doa itu dikemukakan, Tomi pun langsung menunduk dan menengadahkan kedua tangan. Begitu pula Aisyah. Akan tetapi, Diah dan Ananda melakukan hal yang berbeda. Ia melihat ke sekeliling, ternyata Westu juga menggunakan cara berdoa yang berbeda. Ananda mengepalkan tangannya di depan dada, setelah itu tangannya bergerak ke atas, kanan dan kiri dada. Berbeda lagi dengan Westu, ia menangkupkan tangan dan memejamkan mata. Hampir mirip dengan Diah.

Berdoa sudah selesai. Namun sebelum mempersilakan makan, Bu Guru berbicara, “Anak-anak, makanan yang kalian bawa berbeda-beda. Begitu pula cara kalian berdoa. Namun semua perbedaan itu membuat kekayaan hidup. Kita masih bisa bersama dan saling melengkapi dalam perbedaa.”

Tomi tersenyum, sekarang ia mengerti kenapa sekolah mengadakan acara makan bersama. Hal ini membuat anak-anak bisa menghargai perbedaan.

“Tomi, mau sate lilitnya?” Tanya Diah.

“Boleh, kamu mau nasi bakarnya? Aku bawa dua, kita makan sama-sama, yuk!” Ajak Tomi pada yang lain. Mereka pun saling mencicipi makanan masing-masing. Saling memuji, dan juga mulai memahami bahwa perbedaan memang membuat hidup semakin kaya dan berharga.

Tamat.

Baca:
Cerita Anak: Jadilah Orang Yang Jujur
Cerita Anak: Jadilah Orang Yang Bersyukur
Lupa membaca doa sebelum makan, apa doanya?
Doa sebelum makan dan sesudah makan sesuai sunnah
Arti penting melaksanakan sikap toleransi

Terima kasih sudah membaca Cerita Anak: Jadilah orang yang bertoleransi. Koreksi dan bagikan ya teman-teman.

Yuk tulis komentar kamu