Cerita Anak: Kisahku dan mereka – Part 2. Ini adalah lanjutan dari Kisahku dan Mereka – Part 1. Bagi yang belum baca, silahkan baca dulu part 1 nya yaa…
Kini, aku tak dapat kembali bermain dengan Pay. Ibu bilang, Pay dibawa Ayah supaya tak mengganggu ketika aku belajar. Juga agar aku tak perlu terlalu sibuk mengurusnya.
Meski begitu, Ibu mengadopsi seekor hewan yang layak dipelihara. Namun, nasib malang kembali menerpa. Hewan itu, nyawanya melayang. Ingin tau kisahnya? Silahkan baca yaa..
Sahabat kedua
Pay telah meninggalkanku, meski sesekali dapat bertemu. Namun, aku masih dilanda kesedihan atas perpisahan ini. Dan, kini, aku harus kembali dilanda kesedihan yang amat mendalam atas kematian sahabatku yang kedua.
Baca: Cerita Lucu Sedekah Hari Jumat
Di hari Jum’at, aku bersiap-siap untuk pergi sekolah. Makan, minum, juga mandi. Selesai semua itu, aku diantar kakak laki-laki ku menuju sekolah.
Di sisi lain..
Ibu sedang berolahraga lari kecil (jalan santai) di sebuah lapangan tidak jauh dari rumah. Tepat di trotoar dengan pohon rimbun, nampak 2 ekor kucing mungil yang sedang bersama induknya. Karena ibu tahu, aku sangat mencintai hewan, akhirnya, Ibu mengadopsi seekor kucing mungil, ekornya panjang, dengan bulu berwarna abu-abu disertai corak putih.
Singkat cerita ketika pulang sekolah, aku kaget bukan kepalang melihat kucing imut itu. Aku memeluknya, juga mengelusnya. Aku sangat senang kini memiliki sahabat baru. Tidak lupa memperkenalkannya kepada Syifa dan Shalista. Mereka berdua menggendongnya. Akhirnya, aku sepakat memberinya nama Pung singkatan dari pungutan.
Nama yang lucu bukan?
Kini, aku tak lagi kesepian. Pung menemaniku makan, belajar, juga tidur bersama. Aku sering memasukkannya ke dalama keranjang mainan dan mendorong-dorongnya.
Agar tidak hilang, aku berikan penanda, berupa kalung berwarna hijau. “Meong, meong…,” suaranya sangat imut. Lucu sekali. Terkadang aku meniru suaranya, tetapi tidak mirip hehe.
Namun, nasib malang tak dapat dihindari lagi. Aku terserang penyakit demam tinggi hingga delapan hari lamanya. Selama itu pula, Pung tidak ada yang memperhatikan. Bermain sendiri, bahkan mencari makan sendiri di luar rumah.
Tepat di hari ke delapan, ketika aku ingin periksa ke dokter, aku menemukan Pung tergeletak di bawah mobil hitam milik ayah dengan darah di mulutnya. Pecah tangisku, melihatnya tak berdaya.
Sedih rasanya, tepi harus bagaimana lagi…? Akhirnya aku meminta Kakak untuk menguburkannya dengan baik di bagian belakang pekarangan rumah.
Kini, aku kehilangan sahabat untuk yang kedua kalinya. Ia yang dulu menemaniku setiap saat. “Pung, semoga kamu bahagia di alam sana yaa.. tetaplah ingat diriku, sahabatmu dulu.. semoga Tuhan selalu menjagamu…”
“Nak, kamu dimana?” sayup-sayup terdengar suara Ibu memanggil.
“Aku di ruang tamu,” jawabku. Bukan karena aku malas menemui ibu, tetapi kakiku masih lemas untuk berjalan ke sana.
“Jangan sedih ya, ini Ibu bawakan hamster, lekas sembuh ya sayang!”
Sepertinya semangatku kembali pulih kaya ku lihat hamster lucu yang agresif berlari pada roda putar yang berada di dalam kandangnya.
Walau masih sedih, tetapi kini aku punya sahabat baru, seekor hamster imut yang kuberi nama Hamtaro. Semoga ia tetap berada disisiku dan menemaniku selamanya..
Baca:
– Cerita Anak: Sahabatan Gara-gara Covid-19
– Cerpen Teman Sejati
– Cerpen Persahabatan Lucu
Terima kasih telah membaca Kisahku dan mereka dan membagikannya yaa…