Cerita Anak: Mengelola Amarah, Melihat Sudut Pandang Lain. Istirahat dimulai. Anak-anak kelas 5 di SDN Garuda Bangsa menutup bukunya untuk sementara. Mereka akan menikmati jeda ini dengan makan dan bermain. Hari ini, Dani sangat senang karena dibekali roti sandwich kesukaannya. Ia tidak sabar untuk memakan bekal tersebut. Dengan antusias, Dani mengeluarkan kotak bekalnya dari tas.
Tepat ketika Dani menyimpan kotak bekal pada meja, seseorang berlari sambil tertawa dan tidak sengaja menggeser meja Dani. Kotak bekal itu pun terjatuh dan isinya berserakan. Tubuh Dani gemetar seketika. Ia bahkan belum mencicipi sedikit pun roti sandwich itu.
“Ya ampun, Dani, aku minta maaf ya!” Kata Tias yang tadi bermain kejar-kejaran dengan Gio.
Muka Dani yang memerah menatap Tias dengan marah, “Apa-apaan sih, Tias, kalau lari lihat-lihat dong! Aku kan belum makan!” Nada Dani berubah tinggi.
“Iya, aku minta maaf.” Kata Tias menunduk.
“Kamu harus ganti!” Kata Dani semakin meninggi. Tias pun tersentak.
“Aku tidak punya uang, Dani!”
Mendengar itu, hati Dani mencelos. Ia pun diam sejenak. Hatinya masih meledak-ledak, namun seperti ada sesuatu yang menghalanginya untuk memarahi Tias lebih jauh. Ia ingat dulu pernah marah-marah dan ketahuan oleh Ayah. Saat itu, Ayah berkata, “Sebetulnya, kita bisa menahan diri untuk tidak marah-marah. Marah hanya akan membuang energi, lebih baik kita mencari solusi dari permasalahan yang ada.”
Dani pun menunduk. Ia menarik napas dalam, mencoba berpikir lebih jernih. Mungkin benar Tias tidak sengaja. Meski pun masih sakit hati, Dani mencoba mengendalikan emosinya. Sebab Dani mulai meyakini, bahwa diri kita sejatinya dikendalikan oleh kita.
Kini Dani menatap Tias dengan lebih lembut.
“Tidak apa-apa, Tias. Aku juga minta maaf.”
Tias pun berterima kasih pada Dani. Ia sangat salut karena Dani bisa mengendalikan dirinya sendiri sehingga tidak terbawa emosi.
Besoknya, Tias menghampiri Dani dengan sekotak bekal makanan.
“Dani, mamaku baru saja membuat donat. Aku bawa ini untuk kamu.”
Dani pun merasa terharu. Ia merasa beruntung karena kemarin bisa mengendalikan diri dan tidak marah-marah pada Tias. Kalau saja ia melanjutkan marah-marah, mungkin Tias akan memusuhinya. Tapi karena kemarin ia tidak marah, Tias pun menjadi sangat kagum padanya.
“Terima kasih, ya! Kita makan sama-sama, yuk!”
Akhirnya, Dani dan Tias berteman baik.
Tamat.
Baca:
– Cerita Anak: Jadilah Orang Yang Bersyukur
– Cerita Anak: Jadilah Orang Yang Jujur
– Cerita Anak: Orang Tua Bukan Pelayanku
– Cerita Anak: Menulis Cita-cita
– Cerita Anak: Teman Bermusikku
Terima kasih sudah membaca Cerita Anak: Mengelola Amarah, Melihat Sudut Pandang Lain. Bagikan ya!
keren kak ceritanya. semangat ya.. 🙂