Cerita Anak: Rambu-rambu Menggunakan Media Sosial. 15 Juni. Sekarang, Hani sudah berusia 12 tahun. Hani ingin menepati janji Ibu, untuk mengizinkannya menggunakan media sosial.
“Ibu, jadi Hani sudah boleh menggunakan media sosial, bukan?” tanya Hani.
“Boleh. Namun, Ibu akan tunjukkan kepada Hani rambu-rambu menggunakan media sosial,” jawab Ibu, “ayo, ikut Ibu.”
Hani diajak Ibu pergi naik bus, berkeliling kota. Hani agak heran. Mengapa harus berkeliling kota? Ibu, kan, tadi mengatakan tentang rambu-rambu menggunakan media sosial. Apa hubungannya dengan berkeliling kota?
“Apakah kamu melihat orang itu, Hani?” Ibu menunjuk ke arah bawah kaca bus.
“Seorang pengendara motor yang tidak menaati rambu-rambu lalu lintas, sehingga ia ditilang. Tidak mematuhi aturan dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.” Hani memperhatikan pengendara motor itu.
“Sekarang kamu tahu, kan. Dalam menggunakan media sosial juga ada rambu-rambunya, tidak sembarangan. Jika Hani melanggar rambu-rambunya, dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain.” Ibu mencari sesuatu di dalam tasnya dan menunjukkan sebuah gambar.
“Apa itu?” tanya Hani.
“Rambu-rambu menggunakan media sosial. Mana yang boleh dan tidak boleh. Saat kakakmu, Kak Dimas berusia 12 tahun, Ibu juga menunjukkan rambu-rambu menggunakan media sosial kepadanya. Coba baca,” kata Ibu.
“Dilarang berteman di media sosial tanpa memberitahu orang tua. Simpan data pribadi dengan baik. Pakai media sosial untuk menunjukkan bakat dan melihat konten positif. Jangan beritahu kata sandi akun kepada siapapun bahkan teman dekat sekalipun. Jangan bermain media sosial terlalu lama, maksimal lima belas menit dalam sehari.” Hani membacakan banyak rambu. Bahkan, Ibu juga menggambar rambu-rambunya, mirip dengan yang ada di rambu-rambu lalu lintas.
“Apa tujuan Hani menggunakan media sosial?” tanya Ibu. Hani menjelaskan. Ibu pun mengangguk-angguk tanda mengerti.
Hani dibantu Ibu dan Ayah mengunduh beberapa aplikasi media sosial. Beberapa hari kemudian, ada seseorang yang mengajak Hani mengobrol melalui instagram. Hani merasa gembira. Pertama kalinya ia memiliki teman di media sosial, sungguh pengalaman yang mengasyikkan.
“Halo! Namaku Rara.”
Itulah yang dikatakan teman pertamanya di instagram. Tanpa berpikir panjang, Hani segera membalas obrolan tersebut.
“Wah, halo juga! Namaku Hani.”
Tak butuh waktu lama, Hani dan Rara menjadi sahabat. Sahabat dari media sosial. Hani tiba-tiba teringat salah satu rambu-rambu menggunakan media sosial. Dilarang berteman di media sosial tanpa memberitahu orang tua.
“Hmm… sepertinya aku tidak perlu memberitahu Ibu atau Ayah. Aku takut mereka melarangku berteman dengan Rara,” gumamnya. Hani memutuskan untuk tidak memberitahukan kepada orangtuanya. Ia melanggar satu rambu.
Keesokan harinya, di sekolah, Hani menceritakan tentang Rara kepada teman-teman di kelas. Hani menceritakan dengan penuh semangat.
“Namanya seperti Rara kelas 6D,” kata Andra.
“Benar juga. Apakah kamu mengenal Rara, Han?” tanya Vivi.
“Tentu saja! Rara mengikuti ekstrakulikuler komik, sama denganku. Ah, tetapi aku tidak yakin Rara yang kukenal di media sosial itu Rara dari ekstrakulikuler komik. Aku tidak pernah mengobrol dengan Rara sebelumnya,” kata Hani.
“Ooo, begitu. Kita mengobrol kembali besok, ya. Ayo pulang! Bel sudah berbunyi,” seru Adit, ketua kelas.
Sepulang sekolah, Hani dijemput oleh Kak Dimas dengan sepeda. Hani juga bercerita kepada Kak Dimas tentang Rara.
“Ingat rambu-rambu menggunakan media sosial, ya, Hani.” Kak Dimas mengingatkan. Hani terdiam sejenak.
“Y-ya,” kata Hani.
“Apakah kamu sudah beritahu Ibu atau Ayah?” tanya Kak Dimas.
“Belum,” jawab Hani.
“Mengapa? Rambu-rambu menggunakan media sosial harus tetap ditaati. Salah satunya, beritahu kepada orang tua jika kamu mau berteman di media sosial,” kata Kak Dimas.
“Jangan mengatur Hani, Kak! Mengapa kalau Hani ingin punya teman, ada yang salah? Lagipula, rambu-rambu itu tidak penting!” Hani marah.
“Kakak hanya mengingatkan, bukan mengatur. Hani punya pilihan. Melanggar rambu-rambu menggunakan media sosial dan menanggung akibatnya, atau menaati dan tetap aman di media sosial.” Kak Dimas tetap fokus bersepeda. Hani hanya diam sepanjang perjalanan.
Di rumah, Hani kembali memeriksa media sosial. Lagi-lagi, Rara mengajaknya mengobrol.
Hei, apakah kamu ingin bertukar kata sandi?
Hani tidak mengerti. Hani memutuskan untuk menanyakan kepada Rara, apa itu bertukar kata sandi.
Bertukar kata sandi itu, nanti kamu beritahu kepadaku kata sandimu dan aku beritahu kepadamu kata sandiku. Kita dapat masuk akun satu sama lain. Begitu, deh. O iya, di mana alamatmu? Siapa nama panjangmu? Berapa usiamu?
Hani merasa bingung sekali. Rambu-rambu menggunakan media sosial mengatakan untuk tidak memberitahu kata sandi dan tidak memberitahu data pribadi kepada sembarang orang di media sosial. Namun, Hani merasa tidak enak kepada Rara. Jadi ia memberitahu kata sandi, alamat, nama panjang dan usia Hani.
Kata sandiku HaNiSuKaMeNgGaMbAr369
Alamatku di Jalan Mawar Merah Jambu 3 nomor 69.
Nama panjangku Hani Isabel.
Usiaku 12 tahun.
Rara juga memberitahu kata sandinya. Hani agak takut Rara adalah penculik anak-anak yang menyamar. Setelah memberitahu informasi tentang dirinya, Hani segera pergi tidur.
Hani selalu menceritakan tentang Rara kepada teman-temannya. Mulai dari rasa takutnya sampai kecurigaan. Teman-temannya sangat baik, sehingga mereka mendengarkan.
Berhari-hari Hani tidak membuka media sosial. Saat hari itu ia membuka media sosial, Hani benar-benar terkejut. Media sosial miliknya tidak dapat dibuka. Kata sandinya diganti dan kemungkinan oleh Rara, satu-satunya orang yang mengetahui kata sandinya.
Baca:
– 6 Tips Menggunakan Sosial Media Yang Aman
– Apa pengaruh media sosial terhadap perilaku remaja?
– Caption singkat kreatif
Hani hampir menangis. Hani pun sadar. Ia harus segera memberitahu Ibu. Hani takut akan dimarahi Ibu atau Ayah. Namun, daripada Hani terjebak dalam masalah yang berbahaya dan orang tuanya tidak tahu, jadi Hani memutuskan untuk tetap memberitahu Ibu dan Ayah.
“Benarkah?!” seru Ayah, terkejut.
“M-maafkan Hani. Bu, Yah … Hani sudah melanggar. Lain kali, Hani akan selalu patuh,” tangis Hani.
“Mengapa kamu tidak memberitahu sebelumnya, Sayang?” tanya Ibu.
“Hani takut Ibu marah. Nanti Hani tidak boleh berteman dengan Rara,” jawab Hani.
“Nak, kami hanya memintamu taat. Itu saja! Kami hanya akan memeriksa media sosial Rara. Setelah itu, kami akan mendampingimu saat mengobrol,” kata Ayah.
“Kak Dimas juga pernah berteman dengan orang di media sosial. Ayah dan Ibu meminta Kak Dimas memberitahu terlebih dahulu jika mau berteman. Ternyata, orang yang berteman dengan Kakak di media sosial adalah penipu. Namun, Kakak tetap aman karena Ayah dan Ibu selalu mendampingi.” Kak Dimas bercerita.
Beberapa pekan kemudian, saat sedang pelajaran gabungan. Rara tiba-tiba menghampiri Hani.
“Hai, kamu Hani, kan?” tanya Rara. Hani mengangguk.
“Maafkan abangku yang telah menanyakan hal-hal aneh padamu. Ia hanya iseng, kok,” tawa Rara.
“Oh, begitu. Tidak apa-apa. Namun, siapa yang mengganti kata sandiku?” tanya Hani.
“Hmm, tidak tahu. Abangku tidak,” jawab Rara.
“Kamu yang mengganti, Han! Kamu bercerita padaku waktu itu.” Lin tertawa terbahak-bahak. Hani tertunduk malu.
Hari itu, Hani sangat lega. Masalah ini akan Hani lupakan. Eits, tetapi tidak dengan pelajarannya. Hani akan ingat selalu pelajaran hari ini. Rambu-rambu menggunakan media sosial.
~Tamat~
Terima kasih sudah membaca Cerita Anak: Rambu-rambu Menggunakan Media Sosial. Silakan tulis masukkan kalian di kolom komentar ya!
Kamu juga bisa mengirim tulisan seperti ini. Yuk, Buat Sekarang!