Cerita Anak: Surat Untuk Mama. Hai sobat penulis cilik, kembali lagi nih sama Qudwah. Nah, kali ini aku ingin berbagi cerita tentang sesuatu yang terjadi antara Adiku. Apaya, penasaran?
Oh ya, terima kasih loh ya kamu yang sudah membaca artikelku ini. Selamat membaca!
“Argggghhhh! Sudah kakak bilang, kamu harus meminta izin terlebih dahulu jika ingin meminjam. Sudah tidak meminta izin, merusak lagi!” Teriakku dengan penuh amarah.
Ya, adikku yang bernama Ara telah meminjam barangku tanpa permisi dan kini buku Diary-ku jadi rusak juga kotor. Hufftt… Benar-benar membuatku jengkel!
“Eh, Adek, Kakak. Ada apa? Kenapa Kakak berteriak sekencang itu? Kan itu tidak baik!” Tegur Mama yang kebetulan baru saja sudah pulang kerja.
“Itu Ma! Ara merusak barangku lagi. Tidak meminta izin pula.” Jawabku dengan ber-api-api.
“Ara sayanggg, tidak baik meminjam barang orang tanpa meminta izin.” Ucap Mama dengan lembut.
“Ma… tap ikan, Kakak juga tadi bentak…” belum selesai Ara berbicara, aku segera memutus perkataannya.
“Mama! Dia kan salah, pakek dibilang sayang lagi!” teriakku.
“Tuh kan Ma. Kakak berteriak lagi” ucap adikku, sambil memanfaatkan situasi.
“Kakak, jika berbicara, tidak boleh sambal berteriak teriak!” Tegur Mama dengan sedikit keras.
“Argghhhh… Mama emang selalu pilih kasih!” Amarahku pun meluap.
“Astagfirullah… Kakak, tid…” belum sempat Mama selesai berbicara, aku memotongnya “Mama jahat! Mama emang lebih sayang Ara daripada aku!” Teriakku lagi dengan begitu keras, kemudian berlari menuju kamar dan menangis.
Terdengar langkah Mama yang melewati kamarku dan menutup pintu kamarnya. Mungkin saat itu Mama kesal padaku, hingga Mama berdiam diri di kamar.
Oia gaes, Jika Mamaku marah, beliau akan masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.
Perasaan bersalah hinggap di benakku, aku tahu bahwa setiap orangtua yang marah pasti itu tanda mereka sayang pada kita. Akupun segera menuju ke kamar Mama dan mulai mengetuk pintu.
“Ma….. maafin kakak. Kakak mengaku salah, maafin kakak ya Ma…” Namun Mama masih tidak memberikan respon apa-apa.
Aku sempat putus asa. Aku berpikir mencari ide bagaimana caranya agar Mama mau memaafkan. Akhirnya terbesit ide di kepalaku untuk menulis surat.
‘Dengan ini, aku Kanya. Anak Mama yang paling bawel dan ambekan ingin meminta maaf yang sedalam-dalamnya kepada Mamaku tercinta atas kesalahan yang sudah aku perbuat tadi. Semoga Mama di dalam sana berkenan memaafkanku.’
Suratnya tidak panjang. Setelah suratnya dilipat, segera aku memasukannya ke dalam lubang di bawah pintu kamar Mama.
Lima menit menunggu dengan penuh penantian di depan pintu, akhirnya selembar kertas putih keluar dari sela-sela pintu kamar.
‘Ada syaratnya!’
Walau isinya singkat, tetapi ini pertanda Mama akan memafkanku, tanpa pikir panjang aku segera membalas.
‘Apa?’
Setelah surat balasanku itu di baca, pintu kamar itu terbuka.
”Pertama, kamu harus berjanji tidak akan mengulangi kesalahan tadi. Kedua, kamu harus mau sabar dengan Ara. Ketiga, kita semua keluarga harus saling menyayangi.” Ucap Mama.
“Iya Mama, aku mau”
Akihirnya kami saling berpelukan. “Mama, maafin Kakak. Sebab, selama ini Kakak sering merepotkan mama. Kakak sayang Mama.”
“Iya nak, sama-sama.”
Pesanku. Kamu tidak boleh sakit hati bila Orangtua memarahi. Dia tahu yang terbaik untuk kita. Kemarahannya adalah tanda sayang bukan sebaliknya. Tugas kakak adalah menjaga adiknya, jadi ajak adik bermain dan belajar besama, jangan masing-masing ya!
Baca:
– Cerita Anak: Ajaibnya Sedekah
– Cerita Anak: Kue Ulang Tahun Kakak
– Cerita Anak: Membuat Wayang Bersama Kakek
– Cerpen Persahabatan Lucu – Mencari Pondasi
– Pentingnya Pohon Bagi Kehidupan
Tamat. Terima kasih sudah membaca Cerita Anak: Surat Untuk Mama. Koreksi dan bagikan ya gaes!
Kamu juga bisa mengirim tulisan seperti ini. Yuk, Buat Sekarang!
huhuu …. sedih. daann,, sangaaaaatttttt keeeerrrreeeennn. terima kasih telah berbagi cerita ya Qudwah 🙂
Iya. Thanks juga karena udah baca karyaku.
Your welcome :3