Hai! Ini lanjutan dari Cerita Misteri: The Magic Door – Part 1 ya. Baca yang Part 1 dulu biar nyambung. Happy reading!😉
•••
“Hei, Sely!”
Panggilan itu serta merta membuatku menoleh kebelakang.
“Huh… Lia, kau membuatku kaget saja,” ujarku.
Lia nyengir sambil menggaruk kepala yang tentu tidak gatal, “maaf.”
Dia Lia, teman dekat atau lebih tepatnya lagi sahabatku. Usianya dengan ku sama. Aku sudah kenal dia saat aku masih TK. Jarak rumahku dengannya dekat, yaitu tepat berada di depan rumahku. Jadi, aku sering bertemu dengannya.
“Aku tadi mencarimu di kamar, tapi tidak ada. Ternyata kau ada di sini,” jelas Lia.
“Mengapa kau mencariku?” aku bertanya.
“Aku ingin mengambil buku catatanku yang kemarin kau pinjam.”
Aku teringat sesuatu, “ah, buku itu. Ada di kamarku, kemari.”
Aku hendak berjalan menuju kamar untuk mengambil buku catatan Lia. Lalu, pintu itu? Ah, aku hanya menganggap itu sebagai halusinasi ku saja, mungkin karena aku kelelahan atau semacamnya.
Tapi anggapanku bahwa aku hanya “ber-halusinasi”, salah. Saat hendak melangkah keluar dari loteng diikuti Lia di sampingku dan…. tiba-tiba.
Tok…tok…tok…
Suara ketukan itu terdengar jelas di telinga kami. Aku dan Lia saling bertatapan bingung.
“Suara apa itu?” tanya Lia.
Tok..tok..tok..
Suara ketukan itu terdengar lagi. Kami berdua bersamaan mengalihkan pandangan pada sebuah pintu tua yang ada di sudut paling pojok loteng itu.
“S-suara apa itu?” tanya Lia gentar.
Aku menggeleng, “tidak tahu.”
Terdengar lagi ketukan yang sama, tapi kali ini suaranya lebih keras.
“Lebih baik kita keluar saja,” Lia hendak melangkah keluar.
“Sebentar, kita lihat dulu,” ucapku, menghentikan langkah Lia.
“Tapi….”
“Tidak usah takut, ayo.”
Akhirnya Lia pasrah. Aku berjalan pelan diiringi Lia dari belakang. Langkahku sedikit was-was kalau saja pintu itu berbahaya. Kami berada tepat di depan pintu.
“Pintu apa ini?” tanya Lia.
Aku mengangkat bahu, “entahlah, tiba-tiba saja ada di sini,”
Di saat kami masih kebingungan memikirkan apa yang terjadi tadi,
lagi-lagi kami dibuat terkejut. Namun, bukan suara ketukan. Melainkan sebuah cahaya putih keluar dari cela-cela pintu, sangat silau, hingga membuat kami harus menutup pandangan dari cahaya.
“Cahaya apa ini?” aku bertanya.
“Silau sekali.”
Beberapa detik kemudian, cahaya tersebut menghilang. Mataku terbelalak melihat sebuah pintu yang tadinya hanya pintu tua, kini berubah menjadi pintu emas yang sangat indah.
“M-mengapa pintu itu berubah?” aku kebingungan.
Lia hanya terdiam.
Tiba-tiba.
Tok…tok…tok…
Argh! Suara ketukan itu lagi. Sebenarnya, ada apa dengan pintu ini? Baiklah.
“Aku akan membukanya.”
“Jangan!” bantah Lia.
“Mengapa?”
“Bagaimana kalau berbahaya?” Lia khawatir.
“Tidak akan,” aku berusaha meyakinkan.
Tanpa pikir panjang, aku buka pintu aneh itu. Dan yang terjadi? Sebuah pusaran cahaya dengan perpaduan hijau, biru, dan kuning seperti menarik kami masuk ke dalam pintu. Aku tidak bisa menahan tubuhku untuk berhenti. Pusaran tersebut seperti ingin membawa kami ke tempat yang tak berujung. Aku menatap sekitar, hanya ada lingkaran abstrak berwarna hijau, biru, dan kuning di sini. Hingga sebuah cahaya putih sangat silau terlihat di depan. Cahaya itu semakin dekat dan akhirnya tubuhku ditelan oleh cahaya putih.
“Aduh!”
Hampir satu menit aku terseret pusaran itu. Tubuhku mendarat di sebuah tempat. Tangan kananku mengusap punggung yang sakit karena menabrak tanah. Aku menoleh kesamping. Di sana ada Lia yang sedang mengusap lengannya. Aku berusaha bangkit, merapikan rambut dan pakaian yang berantakan dan lekas menuju tempat Lia.
“Kau tidak apa?” tanyaku pada Lia yang masih mengusap lengannya.
Lia menggeleng dan bangkit. Kami masih tidak menyadari apa yang terjadi.
Hari sudah petang, padahal tadi masih siang. Namun, bukan itu yang aku permasalahkan. Kami menatap sekitar. Tidak ada lagi barang-barang loteng disekitarku, melainkan pohon-pohon besar dengan semak belukar.
Tunggu dulu… ini di hutan!
“Apa yang terjadi dan di mana kita sekarang?” tanya Lia.
Aku menggeleng, “entahlah, Lia. Dari tadi kau be–,”
Ucapanku terpotong oleh suara gemersak. Kami menoleh serempak ketika mendengar pergerakan dari semak-semak. Kemudian menoleh lagi ketika terdengar pergerakan dari arah berlawanan. Tangan Lia mencengkram lenganku kuat-kuat.
“Su-suara apa itu?” tanya Lia ketakutan.
Belum sempat aku menjawab, sekelompok hewan berbulu melompat kearah kami. Sekilas hewan itu mirip dengan serigala, tetapi yang membuat mereka berbeda adalah ukurannya dua kali lebih besar dari serigala di dunia kami.
“Astaga!” pekik Lia terkejut.
“LARII!” teriakku.
Tanpa berpikir panjang, kami berlari sekuat tenaga dari kawanan hewan tersebut. Hewan itu tidak tinggal diam, mereka berlari mengejar kami. Percuma saja berlari, hewan itu langsung melompat menghadang langkah kami. Kawanan serigala jumbo tersebut mengepung kami berdua.
Salah satu dari hewan tersebut perlahan mendekat kearahku. Matanya menatap nyalang, dengan air liur menetes di mulutnya seolah mendapat mangsa yang menggiurkan.
“SELY, AWAS!” Lia berteriak bertepatan dengan cakar serigala melayang kearahku. Refleks Lia mendorongku.
“Awh!”
“LIA!” aku segera menghampiri Lia yang terduduk, ia meringis sambil memeggang lengannya.
“Astaga Lia!” aku menatap lengan baju Lia yang sobek karena cakaran hewan itu.
Aku bingung harus melakukan apa. Posisi kami terdesak. Lia di sampingku sedang meringis kesakitan, sedangkan kawanan serigala itu semakin mendekat, menyudutkan kami.
Saat kami sudah tidak tahu akan melakukan apa, tiba-tiba keajaiban muncul. Dari dalam semak-semak, keluar akar pohon menjalar pada hewan itu dan melilit kakinya. Bersamaan dengan itu, muncul seorang wanita tua berusia sekitar setengah abad berdiri dengan tangan terulur ke depan. Amazing.
“Cepat keluar dari kawanan hewan itu, Nak!” seru wanita tua itu. Aku menurut, membantu Lia berdiri dan menuntun menuju tempat wanita tua itu berada. Aku mencari cela dari kawanan hewan dan untunglah hewan itu masih terfokus pada lilitan di kakinya, sehingga tidak menyadari kami berjalan tepat di sampingnya.
Hewan tersebut meraung marah menggigit akar pohon di kakinya hingga terlepas, beruntung kami sudah berada di samping wanita tua yang entahlah siapa namanya.
Wanita tersebut maju, tangan nya mengarah pada pohon besar di dekatnya, memunculkan akar tebal, lebih tebal dari sebelumnya, mengarahkan pada hewan itu dan melilitnya lagi.
“Kita harus segera pergi dari tempat ini.”
Tanpa menunggu lama, kami berlari sekuat tenaga mengikuti langkah wanita tua dari belakang. Walaupun terlihat tua, larinya bisa terbilang cepat. Kami dibuat takjub melihatnya. Dari belakang masih terdengar suara auman hewan besar yang sampai sekarang aku tidak tahu namannya.
Dan akhirnya kami berhasil kabur dari cengkraman hewan menyeramkan itu. Napas kami pun tersenggal-senggal. Hari itu, kami lolos dari maut.
“Kalian baik-baik saja?”
_________________________
Baca:
– Cerpen Persahabatan Lucu
– Cerpen teman sejati
– Cerita Misteri: Sosok Hitam di Pojok Kamarku
– Cerita anak tentang kejujuran
_________________________
Bersambung… Cerita Misteri: The Magic Door – Part 3
Gimana ceritanya? Seru/ bosenin?
Kasih kritik dan saran di kolom komentar ya!
Kamu juga bisa mengirim tulisan seperti ini. Yuk, Buat Sekarang!
Yaaahh, belum jadi pembaca pertama ya Kak? Enggak apa-apa deh yang penting baca :3
Bagus banget Kak ceritanyaaa!
Hehe..makasih ya,Hilda!
Waah, ceritanya seruuuu banget kak. Dikira, berakhir di part 2. Ternyata masih bersambung. Jadinya, rasa penasaran ku belum habis nihh 😁😀, jangan lupa upluod next ceritanya secepatnya yaa hehe 😆
Hehe…makasih ya.
Insya Allah aku lanjutin ceritanya…