in

KerenKeren TakutTakut SenangSenang KagetKaget SedihSedih

Cerita Misteri: The Magic Door – Part 3 [end]

Cerita Misteri: The Magic Door - Part 3 [end]

Hai! The Magic Door back nih. Maaf up nya lama, hehe. Ini bakal jadi part akhir cerita ini. Jadi, makasih buat kalian yang sudah baca semua part The Magic Door.

Happy reading all!

•••
Yang belum baca part sebelumnya di sini: Part 1 | Part 2
•••

“Ayo masuk, anak-anak. Anggap saja rumah sendiri. Maaf kalau rumah orang tua ini terlalu kecil untuk kalian,” ucap wanita tua itu mempersilahkan aku dan Lia masuk.

Setelah berhasil lolos dari kawanan serigala itu, Dia mengajak kami ke sebuah rumah sederhananya tak jauh dari hutan tadi, sesudah sebelumnya mengobati lengan Lia yang terluka hanya dengan cara menempelkan telapak tangannya ke lengan Lia. Aku kagum melihatnya.

“Silahkan duduk. Aku akan membuatkan minuman untuk kalian.”

Kami duduk di kursi rotan tak jauh dari pintu masuk. Aroma obat-obatan langsung tercium saat kami melangkah masuk. Aku menatap sekitar, menyelidik. Rumah ini memang kecil, tapi semua tertata rapi dan bersih. Ada banyak jenis tanaman yang tak pernah kulihat tertata di lemari terbuka, dan juga benda-benda aneh lainnya. Satu benda yang sepertinya pernah kulihat, seperti alat penumbuk bumbu yang biasa kulihat di rumah Nenek. Aku menduga wanita tua itu adalah seorang tabib.

Setelah beberapa menit menunggu, wanita itu datang membawa sebuah nampan teko dan dua gelas kayu diletakanya diatas meja. Lalu ikut duduk bersama kami.

“Habiskan minumannya. Kalian pasti sangat tegang dan lelah setelah berhadapan dengan kawanan Bigwolf tadi.”

Disatu sisi, kami akhirnya tahu nama dari makhluk menyeramkan tadi, Bigwolf.

“Terima kasih.” Aku mengambil gelas kayu yang sebelumnya sudah diisi dan meneguknya. Lia pun sama.

Lengang sejenak.

“Bolehkah aku tahu nama kalian?” tanya wanita tua itu memecahkan keheningan.

“Eh, i-iya. Namaku Sely dan yang disampingku ini temanku, Lia,” ucapku sedikit gugup

“Dan nama ibu?”

Wanita tua itu tersenyum ramah. “Kalian bisa memanggilku Kana.”

Aku mengangguk, meneguk minumannya lagi. Aku tidak tahu nama minuman ini. Rasanya manis seperti madu, lezat.

“Aku tadi sedang mencari tanaman untuk melengkapi ramuan obatku, lalu tiba-tiba terdengar suara bising dari arah semak-semak. Setelah ku lihat ternyata kalian,” jelasnya tanpa diminta. Aku hanya mengangguk pelan. Tidak berani berbicara.

“Sepertinya aku tidak pernah melihat kalian di desa ini. Apa kalian tinggal disini?”

Kami menggeleng.

“Lantas, dimana tempat tinggal kalian?”

Aku menoleh kepada Lia. Disana Lia sedang melamun, menatap kosong gelas digenggamanya. Sepertinya dia masih belum percaya apa yang terjadi saat ini. Aku menghela nafas.

” Kami dari bumi.”

“Apa?”

Aku menceritakan seluruh kejadian demi kejadian yang kami alami tadi. Mulai dari menemukan pintu aneh loteng, kemudian tersedot oleh pintu aneh tersebut dan dikepung oleh kawanan bigwolf hingga akhirnya Kana datang menolong kami.

“Kau bergurau, Nak?” tanya Kana terkejut mendengar ceritaku.

Aku menggeleng.

Wajah Kana seperti sedang memikirkan sesuatu. Terjadi lengang yang cukup lama hingga  suara Kana memecah keheningan.

“Sepertinya aku tahu penyebabnya.” Kana berdiri dari duduk.

“Kemari,” ucap Kana lalu berjalan pelan ke suatu tempat. Aku dan Lia saling pandang, tidak mengerti apa yang dibicarakan Kana. Mau tidak mau kami bangkit dari kursi dan berjalan mengikuti langkah Kana dari belakang.

Hingga sampai di sebuah ruangan kecil. Di dalamnya terdapat sebuah pintu dan meja yang di atasnya terdapat buku tebal yang lusuh.

Kami diam memperhatikan Kana membuka lembar demi lembar buku di atas meja. Sepertinya sedang mencari sesuatu. Saat tangan Kana berhenti membalik lembar buku itu, Kana mengucapkan sebuah kalimat dan hal yang tak pernah aku bayangkan terjadi.

“Buka pintunya.”

Tepat setelah Kana selesai mengucapkan dua kata itu, pintu kayu yang berada di ruangan ini terbuka sendirinya.

Kami terperanjat, Lia di samping spontan memegang lenganku keras.

“Lia lepaskan.” Aku menarik lenganku dari cengkraman Lia. Lia memang penakut.

“Ruangan apa ini?” tanya ku saat berada di dalam ruangan tersebut. Kana diam tidak menjawab.

Tiba-tiba lantai yang kami pijak bergoyang, seperti ada gempa bumi. Aku dan Lia berseru panik.

“Apa yang terjadi?” Lia mencengkram lenganku kuat-kuat, mukanya pucat pasi.

Aku menoleh kearah Kana. Tunggu, di mana Kana?

Belum sempat aku mencari, lantai yang kami pijak runtuh. Kami seperti jatuh kejurang.

“AAAAAAAA!” kami menjerit.

“Oh, Sely. Aku tidak mau mati sekarang! HIDUPKU MASIH PANJANG!”

Brak!

“Awh.” Mataku terbelalak. Juga napasku terengah. Aku mengusap pinggul yang sakit. Mataku melihat sekeliling, ah, rupanya aku terjatuh dari ranjang. Aku menghela napas lega, itu semua hanya mimpi. Tapi, kenapa terasa begitu nyata?

Aku bangkit duduk di tepi ranjang, sembari mengatur napas. Di bawah Iriss tengah terlelap. Suara teriakan ibu membuatku menoleh cepat kearah pintu.

“Sely! Di depan ada nenek-nenek nungguin kamu. Namanya Kana.”

Skak mat.

The End.

Baca:
Cerita Anak: Bersyukur
Cerita Anak: Berlibur ke Taman Mini
Misteri Kedai Ice Cream
Cerita Anak tentang Orang Misterius

Terima kasih sudah membaca Cerita Misteri: The Magic Door – Part 3 [end]. Silakan koreksi dan berikan masukkan kalian di kolom komentar ya!

Kamu juga bisa mengirim tulisan seperti ini. Yuk, Buat Sekarang!

4 Komentar

Balas komentar

Yuk tulis komentar kamu