Selama seminggu ini aku berusaha mengikuti semua kegiatan pengurus OSIS untuk kegiatan MOS tersebut. Aku pun langsung dengan mudah beradaptasi dengan teman-teman baru, baik pengurus OSIS ataupun bukan. Memang benar kata orang-orang, orang Jawa terkenal karena keramahannya. Aku merasa sangat hangat berada di sini. Aku pun tak merasa canggung bergaul dengan teman-teman baruku. Rapat kegiatan MOS sangat menyita waktuku, hampir setiap pulang sekolah aku langsung bergabung rapat dengan pengurus lainnya di ruang OSIS. Ketua OSIS, Kak Iwan sudah mengenalku karena aku termasuk anak yang aktif mengikuti rapat.
Hari pertama aku mengikuti rapat masih membahas kegiatan-kegiatan awal MOS. Seperti games, materi di kelas, pengenalan lingkungan sekolah dan sebagainya. Memasuki hari kedua, mulailah dibahas mengenai kegiatan jurit malam. Jurit malam diadakan di sekolah pada malam jumat. Hal itu sengaja dilakukan untuk menambah kesan seram, hehehee. Begitu kata ketua OSIS. Rapat jurit malam diadakan selama 3 hari berturut-turut karena membutuhkan waktu untuk mematangkan kegiatan tersebut.
Hari itu pun tiba, setelah kami menganjurkan kepada adik kelas untuk membawa perlengkapan menginap di sekolah. Kami membagi kelas untuk tempat tidur mereka. Aku bertugas di pos pemberangkatan. Di sekolahku, ada 1 tempat yang sejak dulu ditakuti oleh para siswa. Tidak ada satupun siswa yang berani mendekati tempat itu. Tempat itu adalah ruang seni lama dan tidak pernah digunakan lagi sejak ruang seni baru selesai dibangun.
Jam 8 malam adik-adik diperintahkan untuk tidur, dan tepat jam 11 malam kami (pengurus) membangunkan mereka berdasarkan kelompoknya. Karena aku ditempatkan di pos pemberangkatan, aku bertanggung jawab untuk mendata siswa di awal perjalanan jurit malam. Saat aku menunggu kedatangan siswa yang dibangunkan itu, aku merasakan angin malam yang dingin yang sangat membuat bulu kudukku berdiri.
Rasanya aku sangat ketakutan malam itu, akan tetapi aku juga gak boleh lupa dengan tugasku sebagai penjaga pos pemberangkatan. Aku bertugas di pos pemberangkatan bersama Maul, Ardi, Mila dan Hani. Akhirnya semua kelompok berbaris berdasarkan kelompoknya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, dan kelompok seluruhnya ada 20 kelompok. Aku pun memberangkatkan satu persatu kelompok itu.
Saat aku memberangkatkan kelompok 7, aku merasa ada sepasang mata yang memperhatikanku dari balik pohon. Akan tetapi aku tidak menghiraukannya dan tetap fokus mengabsen kelompok yang akan berangkat, hingga tiba-tiba Mila bertanya padaku. “Rin, yang jaga di pos ini cuma kita berlima kan?” tanya Mila.
“Iya Mil, cuma aku, kamu, Ardi, Hani dan Maul. Katanya sih nanti ada Kak Dena dan Kak Aryo menyusul. Tapi gatau kapan, belum keliatan mereka” jawabku.
“Aku ngerasa kaya ada yang liatin kita dari balik pohon Rin, tapi pas aku liatin bayangannya ilang gitu. Ihhh, sereem Rin” kata Mila.
“Aku juga ngerasa gitu Mil, nanti kita cek lah yaa sama-sama,” ujarku menghilangkan ketakutan Mila.
Dalam hatiku pun aku merasa bahwa pandangan mata itu semakin lama semakin membuat aku takut, ditambah jumlah kelompok yang berangkat semakin banyak hingga jumlah anak di pos pemberangkatan semakin sedikit. Suasana pun semakin sepi dan mencekam. Suara kucing yang mengeong dan suara jangkrik ditengah malam semakin menambah keseraman malam itu. Hingga tiba-tiba ada suara.. Bruuukkkk… dan kami semua kaget karena suara itu berasal dari pohon besar itu.
(bersambung)