in ,

KerenKeren SenangSenang KagetKaget

Cerpen Anak – Sahabat Pertama Merubah Hidupku

Cerpen Anak - Sahabat Pertama Merubah Hidupku
Cerpen Anak - Sahabat Pertama Merubah Hidupku

Cerpen Anak – Sahabat Pertama Merubah Hidupku. Kalian punya sahabat? Aku tidak pernah punya sahabat. Aku tak tahu kenapa mereka tak menyukaiku. Apakah mereka iri? Atau apakah mereka tak mau berteman denganku? Beribu-ribu pertanyaan melintas di kepalaku. Oh, ya, aku hampir lupa. Namaku Aprillya Ramanda. Panggil saja Ilya. Aku kelas IV. Aku bersekolah di SDIT Delima Sari II. Kalian mau dengar ceritaku? Baca terus, ya…

Kringg… Kringg… Suara Jam bekerku berbunyi keras. “Ya ampuuun, aku telat! Ini sudah pukul 7!” teriakku.

“Aduuh, Ilya! Apaan sih! Masih pagi teriak-teriak,” kata Kak Dila.

Aku segera mengambil baju & seragam. “Duh, bagaimana ini? Terlambat, terlambat, terlambat!” kata itu terus menghantui dan memaksaku untuk bergegas lebih dari biasanya. Semua sudah rapih, saatnya untuk turun dan sarapan.

“Ilya!, ini kan hari minggu!” teriak Kak Dila seakan menyadarkanku dengan guyuran segelas air.

“Hahaha, sudah selesai memakai seragam, baru sadar!” kata Kak Tifa. “Untung tidak langsung naik mobil!”

Siangnya…

Tok, tok, tok! “Kak Ilya! Kak, Ilya!” terdengar suara dari luar. “Siapa, tuh? Aku kan, tidak punya teman ataupun sahabat. Manggilnya juga pakai kak. Kira – kira siapa, ya?” gumamku. Aku melihat keluar sambal mengintip, dengan maskud jika tidak aku kenal tidak akan aku buka, eh, ternyata dia Lala. Lala adalah tetangga yang tinggal persis di sebelah rumah. Oh, ya, aku adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Kakakku yang pertama itu Kak Tifa, yang ke 2, Kak Dila, dan adikku Malya, yang sedang tidur.

Lanjuuut…

“Lala mau minjam pensil, kak,” pinta Lala. “Oh, sebentar ya,” jawabku. Aku segera mengambil pensil dan memberikannya pada Lala. “Terima kasih, Kak Ilya,” kata Lala.

Aku lalu mengambil sepeda. “La, lala, lala… Du, dudu dudu,” Aku bersenandung sembari berputar-putar di halaman rumah, pertanda hatiku mulai senang. “Ye! Akhirnya, main Sepeda!” teriakku.

Baca juga: Kalimat perpisahan sekolah

“Kak Ilya!” panggil Lala. “Apaan, sih?” tanyaku. “Ini pensilnya taruh mana, Kak?” tanya Lala. “Taruh dimeja saja,” jawabku. Lala berlari dan menyimpan pensil itu di atas meja tamu yang ada di teras depan rumah.

Kring… kring… suara bel sepeda berbunyi. Aku memang suka main sepeda, entah kenapa, aku sangat senang ketika kedua kakiku bergantian mengayuh sepada, sedangkan tangan dan badan perlahan menyeimbangkan agar aku tidak jatuh. Sepeda ini adalah hadiah ulang tahun dari Ayah, bukan karena aku pintar, karena memang aku termasuk anak yang rajin di rumah walau kata mereka sedikit bandel, sedikit loh! 🙂

Esoknya…

Huh, sekolah lagi, sekolah lagi,” sesalku. Entah kenapa siap hari Senin pagi, badan rasanya lemas dan malas untuk bangun dan mandi pagi, padahal semua hari itu sama saja. Dengan berat hati, tetap aku paksakan untuk segera mandi dan memakai seragam.

Sesampainya di sekolah…

Hmmm… “Ada murid baru ya?” gumamku, memandang seorang anak perempuan, yang masih tampak canggung dan malu-malu.

Kring… bel sekolah berbunyi.

Aku segera masuk ke kelas IV C ”Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Rila, perkenalkan dirimu,” Bu Irvi, Wali kelasku yang mempersilahkan. “Ternyata benar dugaanku. Ada murid baru,” lagi-lagi aku berbisik dalam hati.

Baca juga: Cerpen anak hantu piano

“Halo teman-teman, nama saya Rila Fitriani. Biasa dipanggil Rila. Saya pindah kesini karena Ayah saya ingin bekerja di sini,” kata Rila. “Baik, Rila. Silahkan duduk di sebelah Ilya,” kata Bu Irvi. “Hah! Di sebelahku, bagaimana ini,” tatapanku tajam mengarah ke kursi yang sudah lama tidak berpenghuni itu.

Rila hanya mengangguk-angguk. “Halo, Ilya!” sapa Rila. “Ugh, Mmm… H… halo, Rila,” jawabku gugup. Selama ini, belum pernah ada yang menyapaku seperti itu. “Mungkin aku bisa berteman dengannya,” pikirku sambil melamun. “Kamu kenapa, Ilya?” tanya Rila. “Ouh, Mmm… Nggak ada apa-apa, kok,” jawabku gugup, dan entah kenapa aku harus gugup, ya!

Pelajaran Bahasa Inggris dimulai. Bu Etty datang untuk mengajar. “Anak-anak, sekarang kita akan belajar tentang…bla…bla…bla,” Kata Bu Etty. Aku memang tidak mendengarkan pelajaran saat itu, “apakah ini yang disebut canggung? Entahlah aku bingung masih kaku ada orang di sebelahku,” terus dan terus aku ngomong sendiri sambal sok fokus! “Huuh, pusing, deh.” (Jangan ditiru, ya!)

Esoknya…

“Ilya, kita punya tetangga baru!” kata Mamaku. Mama memang selalu heboh jika ada yang seru, ya itu lah Mamaku, Ratu pembawa keceriaan seisi rumah. Memang, dari tadi aku dengar ada suara berisik, tepat di sebelah rumahku yang sudah lama kosong.

Baca juga: Cerita anak kegiatan sepulang sekolah

“Ilya turun!”

Dan nampak lah seorang anak sebayaku. Itu Rila! “Hi Rila, apa kabar?” tanyaku sambal berjabat tangan, entah kenapa tangan itu aku julurkan lebih dahulu, padahal aku paling malas berjabat tangan. Lama kelamaan berteman dengan Rila mengasyikan, dia orangnya peduli dan pintar, jadi kita bermain dan belajar bersama. Mama dan Papa senang aku berteman dengan dia, karena akhir-akhir ini nilaiku beranjak naik, maksudnya membaik.

Terima kasih sudah membaca  yang berjudul Cerpen anak – Sahabat Pertama Merubah Hidupku. Begitulah kisahku, silahkan baca cerpen karyaku lainnya 🙂

Pesan Moral Cerpen: Persahabatan itu penting, ditambah jika kita memiliki banyak teman yang baik, jika Ilya punya satu teman bisa membuat dia jadi anak yang baik dan pintar, bagaimana jika dia memiliki banyak teman seperti Rila? Jangan ragu untuk memulai pertemanan dan mencari banyak teman!

Kamu juga bisa mengirim tulisan seperti ini. Yuk, Buat Sekarang!

3 Komentar

Balas komentar

Yuk tulis komentar kamu