Hai, manusia yang sedang membaca cerita ini! Namaku Ruru, rusa cantik yang lincah dan asyik. Aku dan para hewan-hewan lain hidup berdampingan di hutan. Setiap hari, kami bersenang-senang dan bermain bersama. Kami tidak pernah pergi ke pemukiman warga, karena hutan adalah tempat tinggal bagi kami. Sejuta kali memandang hutan, dijamin, deh, kamu tidak akan pernah bosan!
Aku dan teman-teman berjanji bermain bersama hari ini. Asyik! Aku senang sekali bermain bersama mereka.
“Mama, aku pergi bermain bersama teman-teman, ya!” pamitku.
“Iya! Nanti cepat pulang. Mama akan memasak sup rumput hutan untukmu,” kata Mama. O iya, perkenalkan! Ini mamaku. Namanya Rahmi. Beliau baik dan masakannya enak sekali.
Setelah berpamitan, aku pergi bermain bersama teman-temanku.
“Eh, kok Molly si Macan Tutul keren kok tidak datang ya?” tanya Gigi, temanku. Ia adalah gajah besar yang selalu siap menolong teman-temannya.
“Molly? Iya, ya. Padahal kemarin ia yang meminta kita berkumpul di sini,” jawabku.
“Gigi, Ruru, kemarin kalian lihat Molly di sekitar sini tidak?” tanya Koko. Koko adalah kera yang lincah, seperti aku. Ia lucu dan suka menghibur.
“Kemarin Unna lihat ia pergi ke arah barat hutan,” kata Unna. Unna adalah ular piton. Coraknya bagus! Ia suka mengajari kami tarian buatannya.
Kami semua berpikir. Tetap saja. tidak ada yang memiliki ide apapun agar Molly datang.
“Ah, tunggu! Barat hutan?! Apa?! Tadi pagi aku melihat jebakan di sana. Untungnya aku tahu bahwa di sana ada jebakan, jadi aku tidak kena,” seruku. Kami segera berlari bersama untuk melihat Molly. Kami khawatir ia terluka.
Benar saja, Molly terperangkap di jebakan.
“Tolong!” tangis Molly.
“Molly, ini Gigi. Tunggulah di sana, aku dan teman-teman akan menolongmu,” kata Gigi.
Kami semua bersama-sama menolongnya. Akhirnya, ia pun berhasil bebas.
“Hiks, hiks! Tadi seram sekali. Ada pemburu yang ingin menangkapku. Untungnya, ia sedang pergi.” Molly menangis. Kami berlari ke rumah Molly agar kami jauh dari jangkauan pemburu. Kami tidak jadi bermain! Jebakan pasti ada di mana-mana. Kami hanya mengobrol di rumah Molly.
Molly tergores sedikit di bagian kakinya. Ia menangis tak henti.
“Tenang, Molly. Kemari, kubalut lukamu,” kata Koko. Ia membalut luka Molly perlahan sambil melucu. Kami semua tertawa. Akhirnya, tangisan Molly berhenti, deh! Horeee!
“Mengapa, sih, manusia memburu kita? Dasar serakah!” omel Unna.
“Iya, ya. Tunggu, bunyi apa itu?!” kataku kaget. Kami memeriksa ke luar.
Di luar, ada manusia sedang membangun rumah-rumah. Mereka menebang pohon-pohon dan melakukan sesuatu yang tidak kuketahui apa itu. Namun, yang pasti, kegiatan mereka itu untuk mengubah hutan menjadi pemukiman warga.
“A-apa yang harus kita lakukan? Hewan pasti akan diusir,” kata Unna. Tiba-tiba, Unna merayap. Ia merayap ke kaki manusia.
“Gyaaa, ular!” seru manusia itu. Mereka heboh mengusir Unna. Unna tidak takut! Akhirnya, setelah puas menakuti mereka, Unna kembali. Kami tertawa terpingkal-pingkal.
Sayangnya, pembangunan tetap berjalan. Tak lama kemudian, mungkin sekitar 3 bulan, rumah-rumah pun selesai dibangun. Aku dan teman-teman tidak bisa mencari makan di daerah yang masih menjadi hutan. Kami terpaksa masuk ke rumah-rumah. Manusia terganggu dengan keberadaan kami.
Sebenarnya mereka tinggal tidak terlalu dekat dengan hutan. Masih ada jarak. Apa itu artinya …. mereka akan membakar hutan?!
Tiba-tiba, kami mencium bau tidak sedap.
“Snif, snif! Bau apa ini?” kataku. Teman-teman juga mencium bau itu.
“Ruru, sepertinya hutan sedang dibakar! Ayo pergi dari hutan ini!” seru Mama.
“Mama, Ruru, ayo kita keluar,” ajak Papa. Aku mengangguk. Teman-temanku ikut pergi. Kami sangat panik. Kami bukan manusia yang punya masker untuk melindungi saluran pernafasan. Kami bukan manusia yang tahu caranya melindungi diri. Tentunya, yang jelas, kami berusaha menghindari api.
“Uhuk, uhuk! Agh!” kata Mama. Ia tersandung. Api mulai mendekat.
“Mama! Mama!” panggilku. Aku berusaha menolongnya.
“A-api sudah dekat. Debunya pasti menyakitkanmu. Uhuk, uhuk! M-maafkan Mama ya Nak,” bisik Mama.
“Tidak, Mama! Ayo berlindung!” seruku. Api sudah membakar tubuh Mama.
“HUAAA! MAMAAA!” tangisku.
“Relakan ibumu terlebih dahulu! Ayahku sudah tidak kuketahui di mana. Ibuku tadi sedang memetik buah di bagian dalam, dalam, dalam hutan dan sepertinya ia tak tahu ada api. Aku juga berusaha merelakan mereka, walaupun aku tidak bisa. Aku tidak mau harus berusaha merelakan kamu dan teman-teman yang lain juga. Sudahlah, ayo,” kata Koko. Ia mengulurkan tangannya. Aku meraih tangannya yang berbulu itu.
“K-Koko, tolong.” Tangisanku menjadi lebih pelan.
“Iya, aku akan menolongmu pergi dari hutan ini. Oke?” Koko tersenyum. Aku mengangguk.
Kami sudah tiba di pegunungan. Kami dapat melihat hutan yang sudah terbakar dari sana. Di sana juga ada beberapa domba. Aku menceritakan segalanya kepada Dodi dan Denna, domba yang tinggal di gunung itu.
“Sabar, ya. Pasti nanti akan ada jalan keluar,” kata Denna.
“Iya, dan aku yakin, kalian akan baik-baik saja!” kata Dodi.
Tiba-tiba, ada beberapa manusia lainnya. Ah, pasti mereka akan menangkapku. Aku, Papa, dan teman-teman bergerak mundur.
“Hai! Kalian korban kebakaran hutan, ya? Tenang, kami akan membawa kalian ke tempat bernama suaka margasatwa. Di sana, kalian, satwa-satwa yang tidak punya rumah akan tinggal di sana. Kami akan dengan senang hati mengurus kalian. Kami juga akan menjadikan kalian sumber pengetahuan baru bagi anak-anak agar mereka cinta akan binatang,” kata salah satu manusia.
Kami tersenyum senang dan melompat-lompat. Senang, deh, akan dibantu oleh manusia yang baik hati! Walaupun Mama tidak bisa menikmati suaka margasatwa yang penuh dengan manusia-manusia tulus, aku yakin sekali, Mama sedang menikmati tempat terindah, janji Tuhan yang Maha Esa.
Sejak itu, kami tinggal di suaka margasatwa. Kami disayangi oleh manusia. Kami tidak lagi merasakan api yang panas di hutan kami. Terima kasih, manusia yang menyayangi binatang! Aku sayang kepada kalian semua.
Baca:
– Contoh poster pelestarian hewan dan tumbuhan
– Cara bermain berburu hewan dengan teman
– Cerita singa dan tikus penakut
– Mengapa perusakan hutan dapat menyebabkan daerah tersebut menjadi tandus?
Moral dari Cerita Anak – Manusia, Tolong Pelihara Kami! :
Rawatlah binatang di sekitarmu. Binatang juga butuh kasih sayang dari makhluk terpintar, manusia. Bagi kalian yang suka menyiksa binatang, berhentilah, ya! Pastinya kamu tidak mau kan binatang bergantian denganmu dan menyiksamu?
Kamu juga bisa mengirim tulisan seperti ini. Yuk, Buat Sekarang!
Karyanya keren kak Hilda…
Terima kasih udah mau berbagi karyanya…:)
@nasywadanmama terima kasih banyak, Kak :3
sangat terharu, sampe ga sadar ngeluarin air mata waktu baca huaaaa…..
@zivara hahaha?
Terima kasih sudah membaca??