in

SenangSenang KerenKeren NgakakNgakak SedihSedih KagetKaget TakutTakut

Dongeng Anak: Semut Merah dan Semut Hitam

Dongeng Anak - Semut Merah dan Semut Hitam
Dongeng Anak - Semut Merah dan Semut Hitam

Dongeng Anak: Semut Merah dan Semut Hitam. Pada suatu pagi yang cerah, semut-semut mencari makan seperti biasa. Mencari sedikit gula pasir, atau remah-remah makanan yang berjatuhan. Mereka terbagi menjadi dua kelompok, semut merah dan semut hitam.

Semut merah dan semut hitam bermusuhan. Mereka saling tidak suka. Keduanya selalu membuang muka ketika bertemu semut dari kelompok yang berbeda. Pokoknya, tidak ada kata akur diantara semut hitam dan semut merah. Selalu bertengkar.

“Huh! Hita, kamu tahu? Tadi aku bertemu dengan Mimi, salah satu semut merah. Aku sebal sekali dengannya. Kami menemukan banyak sekali remah-remah biskuit manis yang berjatuhan. Aku sudah mendekati tempat itu duluan, tetapi ia meniruku dan mengambil makanan yang kutemukan!” keluh Hiha, salah satu semut hitam.

“Iya, lho, Hiha. Tadi juga aku sedang membawa makanan, tiba-tiba Momo menabrakku! Menyebalkan sekali. Makananku jadi berjatuhan. Dia bahkan hanya buang muka, tidak membantu sedikitpun bahkan tidak minta maaf,” tambah Hita.

“Kalian bicara tentang semut merah?” Hiho tiba-tiba ikut bicara, “mereka sungguh menyebalkan! Menatap mereka saja aku sudah kesal rasanya.”

Banyak sekali semut berkumpul dan mengobrol mengenai semut merah. Ratu Hyorin, ratu semut hitam pun ikut mengobrol dengan mereka, menyusun rencana untuk menyingkirkan semut merah.

Sementara, di kediaman semut-semut merah ….

“Hei, Momo! Bayangkan saja, tadi Hiha merebut makanan-makananku. Pasti dia sedang mengadu kepada teman-temannya bahwa aku datang ke sana setelahnya. Padahal, tadi itu aku sudah melihat ada makanan banyak di sana. Aku mau mengabarkan kepada kalian bahwa ada makanan berlimpah. Tiba-tiba dia datang. Aku juga datang. Aku pun mengambil makanan itu dan saat ia pergi, kalian ikut datang membantuku. Dasar, selalu saja berpikiran negatif.” Mimi bercerita kepada Momo.

“O ya! Aku juga tadi bertemu Hita. Aku tak sengaja menabraknya. Sebenarnya aku memang salah, sih. Namun, dia berteriak kepadaku, ‘HEI, KALAU JALAN HATI-HATI, DONG! PAKAI MATAMU!’ Aku kan jadi enggan membantu. Aku memang salah karena terburu-buru, tetapi karena dia sudah bicara dengan kasar seperti itu, aku jadi sebal dan tidak mau minta maaf.” Momo ikut bercerita.

“Wah, kalian mengobrol tentang semut hitam?” Mimo tiba-tiba ikut bicara, “mereka sungguh tidak baik, ya! Melihat mereka, hatiku sudah panas.”

Sama seperti di kediaman semut hitam, semut merah juga mengobrol mengenai semut hitam. Bahkan, ratu semut merah, Ratu Mira juga ikut mengobrol, menyusun rencana menyingkirkan semut hitam.

Akhirnya, di tempat masing-masing, semuanya sepakat akan berperilaku tidak baik kepada lawannya. Tidak ada kata baik hati. Mereka akan bekerja sambil berbuat kasar pada salah satu dari bagian lawan yang sedang bekerja.

Selama berminggu-minggu mereka bermusuhan. Saling memarahi, dan bersikap egois. Mereka tidak pernah mengobrol baik-baik. Jadi, hal itu berlangsung cukup lama.

Tiba-tiba, terjadi kekeringan di sekitar tempat tinggal mereka. Semua makanan habis! Air juga tiada yang tersisa. Satu-satunya jalan adalah : Meminta makanan kepada Peri Liva, peri kehidupan. Sayangnya, ada syarat dari Peri Liva, yaitu hewan apapun yang meminta makanan, jumlahnya minimal 100.

“Mari kita berhitung untuk meminta makanan kepada Peri Liva!” seru para ratu di kediaman semut masing-masing.

Ratu Hyorin sudah berhitung, jumlah semut hitam hanya ada 50. Begitu juga dengan Ratu Mira. Mereka kebingungan. Apa yang harus dilakukan?

“Ah, bagaimana ini?” tanya Ratu Hyorin pada rapat semut hitam.

“Bagaimana agar jumlahnya 100?” kata Ratu Mira pada rapat semut merah.

“Ratu, saya tahu!” seru Hola, salah satu semut hitam.

“Aha, aku ada ide!” Miki, salah satu semut merah berseru.

“Begini … bagaimana jika semut hitam dan semut merah bersatu? Ini terpaksa, Ratu. Demi semut hitam dan demi semut merah. Lagipula, jika kita terus bermusuhan, dapat terjadi peperangan! Lebih baik bersatu di tengah kesulitan yang ada daripada kita semua berperang,” kata Hola dan Miki di tempat rapat. Hola di tempat rapat semut hitam, sedangkan Miki di tempat rapat semut merah.

Kedua ratu menyetujui ide itu. Keesokan harinya, semut hitam dan semut merah bertemu. Mereka sepakat! Mereka pergi ke Gunung Sihir untuk menemui Peri Liva.

Pada perjalanan ke Gunung Sihir, mereka semua mengobrol dan saling meminta maaf. Tak terasa, sampailah di Gunung Sihir.

“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh ….” Peri Liva menghitung, “seratus! Baik, ambillah makanan di lumbung. Setelah itu segera pulang. Aku akan mengembalikan keadaan tempat tinggal kalian seperti semula. Tidak akan ada kekeringan lagi.”

“Horeee!” seru para semut.

Bersatu itu ternyata asyik. Sekarang, mereka tidak saling membenci lagi. Mereka semua saling tolong-menolong, bersikap sopan dan tentunya berdamai.

Tamat.

Baca:
– Jelaskan manfaat diciptakannya semut dan hikmahnya
Dongeng Anak Melayu Belalang dan Semut
Kisah Raja Semut, Kancil, dan Gajah – Part 1
Mahkota Kesabaran Hadiah Seekor Semut
Pelajaran Berharga Dari Semut, Belalang, dan Lalat

Terima kasih sudah membaca Dongeng Anak: Semut Merah dan Semut Hitam. Tulis komentar kamu ya!

Kamu juga bisa mengirim tulisan seperti ini. Yuk, Buat Sekarang!

Yuk tulis komentar kamu