Rahasia Sebuah Persahabatan Anak sekolah – Part 01. Jepang masih saja pagi. Seorang anak perempuan yg mungkin berumur 10 tahun terlihat berdiri di depan rumah sederhana dengan sabar. Anak itu bernama Hime Yamano.
“Yuuka-chan! Apakah sudah selesai?” tanya Hime dari luar.
“Ya, tolonglah sebentar,” kata Yuuka, temannya.
“Nanti terlambat lagi, loh!” seru Hime.
“Iya!” kata Yuuka menuruni anak tangga menuju ke tempat Hime berdiri.
“Ayo kita jemput Rina-chan dan Mako-chan,” ajak Hime. Mereka pun melewati pohon sakura yg berjejeran menuju rumah Rina.
“Rina-chan! Ayo kita berangkat sekolah!” seru Yuuka dan Hime bersamaan.
“Ah? Temannya Rina, ya? Tadi Rina sudah berangkat dengan Mako, maaf, ya!” kata mamanya Rina.
“Ah, terima kasih infonya!” kata Yuuka dan Hime membungkukan badannya lalu berlari menuju sekolah.
“Sejak kapan … Mako-chan bangun pagi?” kata Yuuka dan Hime terengah-engah saat sampai di sekolah.
“Ah! Hime-chan, Yuuka-chan!” sapa Mako dan Rina bersamaan.
“Kenapa kalian tidak menunggu kami?” tanya Yuuka.
“Kalian terlalu lama, sih!” kata Rina.
“Iya, nih, sudah jam 07.15, sebaiknya kita kembali ke kelas!” kata Mako. Mereka langsung berlari dan sampai di kelas.
“Kalian terlambat 7 menit! Berdiri di ujung kelas 14 menit!” seru Misaki-sensei tegas.
“Baik …,” kata Hime, Yuuka, Mako, dan Rina dengan lesu. Setelah 14 menit berlalu, mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.
TENG! TENG! TENG!
Bel berbunyi dengan sangat nyaring. Hime, Yuuka, Mako, dan Rina segera memakan bekal mereka di bawah pohon besar yg rindang dan sejuk.
“Wah! Kamu makan Sushi? Aku Takoyaki,” kata Hime saat melihat bekal milik Mako.
“Kamu Yakisoba? Aku Taiyaki!” seru Rina saat melihat bekal milik Yuuka.
“Aku bosan Yakisoba terus, aku malah lebih suka Taiyaki,” keluh Yuuka.
“Aku juga bosan, aku juga lebih suka Takoyaki dari pada Sushi,” jelas Mako.
“Bagaimana kalau kita bertukaran bekal?” usul Rina.
“Yap!” seru semuanya setuju. Mereka pun bertukaran bekal.
TENG! TENG! TENG!
Bel itu berbunyi sangat nyaring terdengar walau posisi kita lumayan jauh. Mereka segera bergegas menuju kelas.
“Kalian terlambat 3 menit! Berdiri di ujung kelas 6 menit!” seru Misaki-sensei, guru mereka yang pintar, namun tegas mendidik murid-murid, tetapi tidak pernah melakukan kekerasan. Mereka cemberut lagi. Beberapa jam kemudian, mereka pulang sekolah.
“Hari ini sangat melelahkan,” kata Mako.
“Ya, yang penting kita selalu bersama ‘kan?” kata Rina.
“Ya!” seru semuanya setuju.
“Bye! Aku ke sini, ya!” kata Mako menuju arah Barat. Mereka berpisah di perempatan jalan.
“Ja, Hime-chan, aku pergi dulu, ya!” kata Yuuka melambaikan tangannya dan pergi menuju Timur.
“Byee!” kata Rina ke Selatan.
“Daaa …,” kata Hime.
“Hmm … apa aku dan mereka akan bersahabat selama-lamanya?” gumam Hime.
Baca juga: Kumpulan kosakatan bahasa Jepang
Hime sampai di rumahnya. Dengan cepat dia membuka pintu.
“Mama, aku pulang!” seru Hime.
“Ah, selamat datang, bagaimana tadi sekolahnya?” tanya mama.
“Membosankan,” jelas Hime.
“Ya sudah, mama membuat kue tar untuk Mahiru, ya!” kata mama menuju dapur.
“Ma, mana Mahiru?” tanya Hime. Mahiru adalah adik Hime
“Oh, tadi Mahiru bermain ke rumah temannya,” kata mama.
“Oh ..,” kata Hime ber-oh ria.
Hime dengan segera mengganti bajunya dan berbaring di ranjang kasur empuknya. Hime adalah anak yg kaya, cantik, dan pintar. Hime selalu menyebut dirinya sederhana, bukan kaya, di terus merendahkan diri. Dia juga juara bertahan di kelas, selama kelas 1-5 sekarang ini, dia masih bertahan di Rank-1, lho!
“Hah … menelepon Mako-chan, dulu, ah!” kata Hime meraih handphone-nya.
“Ada apa, Hime-chan?” tanya Mako di seberang sana.
“Apa kau sedang ada kegiatan?” tanya Hime memegang handphone-nya dengan fokus.
“Ah! Kebetulan sekali! Nanti siang aku ingin mengajakmu, Rina-chan, dan Yuuka-chan untuk pergi ke taman kota Oitshuki! Sedang ada book party di sana!Kau juga bisa mengajak adikmu, Mahiru Yamano untuk ikut! Jam 14.00, ya!” kata Mako di seberang sana dengan bersemangat.
“Benarkah? Baiklah, aku akan berkemas-kemas dari sekarang, bye!” kata Hime menutup teleponnya.
“Hime … ayo makan siang dulu,” kata mama meletakkan Onigiri di meja belajar milik Hime.
“Iya, ma,” kata Hime.
“Aku pulang!” seru seseorang. Ternyata itu Mahiru.
“Mahiru! Kamu suka membaca buku, tidak?” tanya Hime.
“Suka banget, Onee-chan, memangnya kenapa? Onee-chan mau belikan Mahiru buku cerita baru?” tanya Mahiru.
“Begini, ‘kan kamu itu masih kelas 4, ya, ‘kan?” tanya Hime. Mahiru mengangguk.
“Terus?” tanya Mahiru.
“Teman kakak yg sekelas sama kakak, 6B mau mengajak kamu ke book party yg ada di Oitshuki itu, lho! Jam 14.00 kita ke sana, karena party-nya dimulai pada saat jam 13.00,” jelas Hime.
“Oh, aku ikut, ya, Ne-chan!” seru mahiru dengan mata berbinar. Hime mengangguk.
“Dah, kalau begitu aku mau makan Onigiri lagi, ya!” kata Hime.
Beberapa saat kemudian, handphone Hime berdering.
“Hm? Mako-chan?” kata Hime mengangkat HP-nya.
“Hime-chan! Kami sudah ada di depan rumahmu!” seru Mako. Hime segera mengintip dari jendelanya.
“Iya!” kata Hime menutup teleponnya.
“Mahiru! Kita mau berangkat, lho!” seru Hime.
“Benarkah?” kata Mahiru. Mahiru dengan secepat kilat menyambar tasnya lalu mengikuti Hime keluar.
“Ma, Mahiru dan aku mau ke taman Oitshuki diantar papanya Rina, ya!” kata Hime. Mama hanya mengangguk.
“Ayo kita berangkat!” ajak Mako. Mereka menaiki mobil milik Rina.
Nanairo simfoni, hiru dekitu de ai koto ga
Haru no ao ni naru koto wo
Nanairo simfoni, ima wa kita dekita
Terdengar alunan lagu milik Mako dari HP-nya, sepertinya itu lagu Opening anime Shigatsu Wa Kimi No Uso, atau Your Lie In April.
“Pak, ke taman Oitshuki, ya!” pinta Rina. Supir itu mengangguk.
Baca juga: Sahabat Pena Indonesia
20 menit kemudian, mereka sampai di taman Oitshuki. Mahiru berdecak kagum sampai-sampai hilang dari pengawasan Hime.
“Mahiru! Kamu ini harus sopan santun, ya! Jangan berkeliaran ke sana-sini, tanpa sepengetahuanku!” kata Hime mencegah mahiru yg sedang berlari ke sana kemari.
“Aku mau buku ini!” seru Mahiru mengambil buku yg berjudul “101 kisah putri Jepang” yg kuno itu.
Hime, Rina, Mako, dan Yuuka juga sudah memilih buku sendiri-sendiri. Mereka segera membayarnya dan duduk di kursi berwarna ungu. Saat ingin beranjak pulang, Mako terlihat pusing dan …
BRUK! Mako pingsan entah kenapa.
“Mako-chan! Mako! Mako Hirasawa!” seru semuanya memanggil-manggil nama Mako.
Mako segera dibawa ke dalam mobil lalu mengantarkannya pulang.
“Apa yg terjadi padamu, Mako Hirasawa-chan?” batin Hime dengan suntuk di dalam hati khawatir jika terjadi apa-apa pada Mako.
Bersambung ke Rahasia Sebuah Persahabatan – Part 2
Ceritanya bagus, ternyata kakak sudah hafal beberapa kosakata Jepang ya, aku saja baru belajar beberapa kosakata