Anak Pemberani… Teman ini adalah lanjutan dari cerita sebelumnya yang berjudul Semesta yang Hilang – PART 1, kamu bisa baca dahulu agar nyambung!
Sesampainya di Sekolah, Biru didaftarkan, kemudian belajar seperti anak-anak lainnya, bedanya, Biru diprioritaskan agar satu kelas dengan Angkasa.
Hari penuh kebahagiaan sedang menyelimuti Biru, bagaimana tidak, dia bisa bermain dan memiliki teman baru yang banyak di sana. Waktu berjalan begitu cepat, mereka pun harus segera pulang ke rumah masing-masing.
“Sini aku bawain tasnya!” Biru pun membawakan Tas Angkasa menuju mobil untuk pulang.
Sesampai di rumah, mereka pun makan sore.
“Gimana tadi di sekolah?” Tanya Om Dirga.
“Rame Om! Banyak temennya! Bu gurunya baik!” Jawab Biru dengan ceria.
“Kalau Angkasa?” Tanya Om Dirga.
“Biasa aja.” Jawab Angkasa singkat, lalu beranjak dari kursi makan dan pergi menuju kamarnya.
“Maaf ya Biru, Angkasa memang gitu, maklumi ya.” Ucap Tante Senja.
“Iya tante gapapa! Biru bakal bikin Angkasa mau main sama Biru hehe!” Jawab Biru semangat.
“Biru kok mukanya pucat? Biru sakit?” Tanya Tante Senja.
“Biru gapapa kok tante.” Jawab Biru lesu.
Tante Senja pun menempelkan punggung tangannya ke kening Biru untuk mengecek suhu badan Biru.
“Biru badannya anget, Biru jangan sekolah dulu ya” Suruh Tante Senja.
“Gapapa Tante, Biru sekolah aja, Biru kan kuat.” Tolak Biru yang bersikeras untuk sekolah.
“Biru istirahat saja dirumah, kalau nanti sekolah Biru makin sakit, nanti bolos sekolahnya makin lama lho.” Ucap Om Dirga.
“T… tapi…” Biru.
“Aneh, orang lain kalau disuruh bolos seneng, ini apaan coba? Dasar.” Ledek Angkasa lalu pergi keluar menuju parkiran mobil.
“Biru jangan sekolah dulu ya.” Suruh Tante Senja.
Biru pun mengangguk-angguk kecewa, lalu pergi kekamarnya untuk beristirahat.
Keesokan harinya…
Angkasa pun pergi ke sekolah sendiri.
“Anak-anak, hari ini kita akan belajar mewarnai!” Ucap Bu Guru kepada semua murid, “Kita akan mengenal banyak warna dan menggabungkannya sehingga menjadi warna yang berbeda.”
Baca: Tes buta warna angka
Semua murid pun senang, karena ini pelajaran kesukaan mereka.
“H-halo!! Maaf aku telat!! hufhh….” Teriak seorang murid yang berlari ke depan pintu kelas.
“Biru kok telat? gak berangkat bareng Angkasa?” Tanya Bu Guru.
“Nggak bu… Biru perginya gak bareng sama Angkasa…” Jawab Biru.
“Yaudah sekarang Biru duduk ya, siapin alat mewarnai.” Suruh Bu Guru.
Biru pun duduk dikursinya yang sebangku dengan Angkasa.
“Kok kamu masuk?” Tanya Angkasa kebingungan.
“Bosen dirumah hehe.” Jawab Biru.
“Kamu kesini sama siapa?” Tanya Angkasa lagi.
“Naik angkot… hehe…” Jawab Biru terbata-bata.
“Naik angkot? Sendiri? Dasar.” Jawab Angkasa.
“Biru, Ibu dapet Pesan dari Tantenya Angkasa, kalau kamu gak masuk karna sakit, kok kamu ada di sini?” Tanya Bu Guru.
“Mmm, itu… Biru bosen dirumah… Biru mau sekolah aja…” Jawab Biru ketakutan.
“Kamu ke sini dianterin siapa?” Tanya Bu Guru lagi.
“Bi… Biru ke sini… Naik angkot sendiri…” Jawab Biru.
Satu kelas pun melongo mendengarkan jawaban Biru.
“Kamu lain kali jangan nekat ya Biru, kalau dijalan ada orang jahat gimana? Sekarang Biru pulang ya.” Suruh Bu Guru.
“Gak mau Buu… Biru mau sekolah aja…” Tolak Biru yang hamper menangis.
“Biru harus istirahat dirumah, Ibu telpon dulu Tantenya Angkasa ya, biar ngejemput Biru.” Jawab Bu Guru.
Biru pun mengangguk sambal meneteskan air matanya….
Baca:
– Perbedaan AM dan PM
– Tanda baca
Bersambung… ke part 3 ya, teman-teman!
Tapi pesan dari aku, jangan tiru kelakuan Biru ya, sebab sebagaimana pesan Bu Guru, meninggalkan rumah tanpa pamit itu tidak baik juga berbagahaya.
Kamu juga bisa mengirim tulisan seperti ini. Yuk, Buat Sekarang!
Keren