in

SenangSenang KerenKeren NgakakNgakak KagetKaget TakutTakut SedihSedih

The Best Of My Family

the best of my family
the best of my family

The Best Of My Family. Duduk sendiri di ruang TV membosankan juga, semua acaranya membosankan. Walau sudah tahu sebentar lagi aku akan makan kue, tetapi tetap saja merasa kesal karena tidak ada acara TV yang bagus. “Oia lupa, aku kan mau membuang kain perca,” gumamku.

“Nak, mau ke mana?” aku menoleh ke arah suara dan mendapati ibuku sedang menjahit. Kuletakkan kantong plastik berukuran besar yang kubawa itu.

“Mau membuang sisa kain perca ini, Bu,”

“Lho, kenapa dibuang? Lebih baik disimpan saja. Suatu saat mungkin kita akan membutuhkannya,” jawab ibuku dengan senyum khasnya.

Aku pun menurutinya, segara saja menyimpan kantong plastik itu di samping mesin jahit tempat ibu bekerja. Jari-jemari ibu yang terampil terlihat hebat bagiku. Ibuku sangat senang membuat sesuatu, terutama boneka dari kain flanel. Jahitannya sangat rapi, tidak sepertiku yang acak-acakan, maklum masih belajar, hehe.

Aroma kue yang baru saja diambil dari oven, mulai tercium hingga ruang tamu. Tidak salah lagi, kakakku pasti sudah selesai membuat kue! Segera saja berlari ke dapur meninggalkan ibu yang masih sibuk membuat boneka tangan. Kulihat cupcake buatan kakakku sudah jadi, langsung saja mengambilnya.

“Jangan dimakan dahulu, Kakak belum menghiasnya. Oh, selagi Kakak menghias, tolong panggilkan Ibu dan Ayah untuk ke ruang makan, ok?” pinta kakakku.

“Iya, Kak. Tapi, izinkan Dira mencicipinya dikit aja, yah.. yah?” usahaku gagal, kakak tetap menggelengkan kepalanya, serta menjauhkan cupcake-cupcake manis itu dariku.

“Ihh, Kakak nyebelin…”

“Biarin aja, wee…” ejek kakakku.

Dengan muka cemberut, aku mendatangi ibu lagi yang terlihat sedang menyelesaikan boneka tangannya, tidak jauh dari sana juga ayah yang sedang meminum kopi paginya di ruang baca.

“Ibu, Ayah, Kakak meminta kita untuk mencicipi cupcake buatannya,” kataku pada mereka dengan muka yang masih sebal.

“Lho, Dira kenapa?”

“Gak kok, Yah. Dira cuma sebel sama Kak Gino yang melarang Dira makan cupcakenya duluan,”

“Oh, gitu… kakakmu itu benar,” ayahku hanya menjawab itu sambil mengedipkan mata kirinya lalu mengambil koran.

“Sudah, sudah! Ayo kita cicipi, Ibu sudah tidak sabar ingin mencicipi cupcake buatan Gino,” ibuku segera menarik tanganku dan mengajak ayah yang tidak lepas dari korannya itu.

Ayah dan Ibu memang sayang kepadaku juga kakak, mereka tidak pernah membeda-bedakan kami, walau aku selalu paling rewel di rumah.

Itulah alasanku membuat cerita yang berjudul The Best Of My Family, karena mereka selalu sayang kepada kami berdua.

Aku sadar, belum bisa membahagiakan mereka, tapi yakin suatu saat pasti bisa. Sekarang ini caraku membahagiakan mereka adalah dengan belajar yang rajin sehingga berprestasi di sekolah.

Apapun pekerjaan orang tuamu, mau penjahit, pedagang, jangan malu atau minder, sayangi mereka, karena kamu tidak akan pernah tahu apa yang sudah dia kerjakan untuk membuatmu tetap bahagia.

Teman, terima kasih sudah membaca cerita tentang keluarga buatanku (The Best Of My Family), semoga bemanfaat.

Source img: www.clipartpanda.com

Yuk tulis komentar kamu